Minggu, 09 Agustus 2015

RINDU

RINDU ; membaca judulnya saja seperti ada sesuatu yang merasuk ke dalam jiwa, lalu kemudian hilang!!! Tanpa disadari, judul dari novel ini menghipnotisku beberapa detik, dan kemudian pertanyaan-pertanyaan dikepalaku memutar dan kemudian buncah. RINDU, akan membawamu menikmati alur cerita yang sungguh epik dan merenyuh hati, jika kamu sedang RINDU terhadap seseorang yang pernah menjadi bagian masa lalumu..

RINDU; novel karya Tere Liye ini sedikit menyita waktuku. Bagaimana tidak, alurnya bagai air yang mengalir tenang. Ditinggal sedikit saja, ah sayang kalau tidak dituntaskan. Benar-benar novel yang menarik perhatian dan penasaran yang tinggi terhadap cerita-ceritanya.

RINDU; seperti biasa, yang menjadi ciri khas dari sekian novel Tere Liye adalah novel yang berisi petuah-petuah kehidupan, sangat kental -agamanya-, namun dikemas dengan apik oleh Tere Liye menjadi sebuah novel tanpa ditemukan penggalan ayat al-quran didalamnya.

RINDU; dimulai dengan setting di sebuah pelabuhan makasar dengan latar waktu jaman kolonial belanda yang khas dengan para koloni-koloni belanda dan juga kereta kerajaan jaman dulu, membawa cerita tentang 5 orang insan yang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidupnya dalam perjalanan suci dengan menggunakan kapal besar jaman belanda, BLITAR HOLAND.

RINDU; membawa 5 orang dengan latar belakang berbeda, usia dan watak yang tak sama dikemas dengan alur tunggal yang -sepertinya saling melengkapi. Gurutta, seorang sesepuh dan ulama yang sangat bijak, dikagumi masyarakat makassar, namun memiliki pertanyaan besar yang tidak bisa dijawab oleh -dirinya sendiri, Bunda Upe atau Ling Ling, bagaimana dia menemukan jawaban atas masa lalunya yang begitu kelam. Daeng Adipati, yang masih punya pertanyaan tentang dendam dengan (lagi-lagi) tentang masa lalunya, Mbah Kakung, yang menanyakan tentang hakekat cinta sejati- kenapa cinta harus pergi disaat semuanya tinggal selangkah menuju tanah suci? dan tokoh terakhir, Ambo Uleng, pemuda perkasa yang melarikan diri dari masa lalu yang takut akan kehilangan dan rasa kecewa yang begitu mendalam, lantaran urusan CINTA.

RINDU; 544 halaman yang membuatku menemukan jawaban yang selama ini aku cari. Maka bersiaplah dalam perjalanan panjang yang menguras konflik batin dan pergulatan jiwa, dalam menemukan pertanyaan-pertanyaan dalam hidup ini--

★★★★★★★★☆☆
8 bintang dari 10 = sangat direkomendasikan untuk dibaca


tambahan
sebuah puisi dari Gurutta yang sangat indah-
“Wahai laut yang temaram, apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami.
Wahai laut yang lengang, apalah arti kehilangan? Ketika kami sebenarnya menemukan saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak saat menemukan.
Wahai laut yang sunyi, apalah arti cinta? Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai laut yang gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar